⛅
Celetukan Asa tempo hari mengenai Jaehyun yang akan segera menikahi Taeyong memang bukan buah bibir semata. Namun, Taeyong berhasil membujuk pria itu untuk tak terlalu terburu-buru, toh masih ada banyak waktu. Lagipula, ia masih ingin mengakrabkan diri dengan si kembar.
Dalam kacamata Taeyong, kembar itu memang paling mudah untuk dihadapi. Namun keduanya benar-benar bak air tenang di tengah danau, tak ada yang tahu menahu ada apa gerangan menunggu di dalam sana.
Hari ini, ia berencana untuk menemani Eric latihan skateboard sekaligus menonton pertandingan baseball Juyeon. Ya, hari ini Taeyong bertekad untuk menghabiskan dua puluh empat jamnya bersama Eric.
“Uncle? Beneran gapapa nungguin Eric?”
Taeyong membantu putra tengah keluarga Jeong itu untuk merekatkan pelindung di kedua sikunya, khawatir kalau-kalau Eric tak sengaja mematahkan tulangnya lagi seperti tempo lalu.
“Nggak papaa. Uncle kan hari ini mau sama Eric,” balas Taeyong yang membuat remaja tanggung itu membalas senyum tulusnya dengan tawa yang membuat matanya menghilang, “okay! Bentar yaaa, I'll be back real soon.“
Sebelum-sebelumnya Taeyong memang sering menghabiskan waktu bersama Eric, namun itu jauh dari waktu hubungannya dan si bos seterbuka saat ini. Ia merasa belakangan ini semakin jauh dengan Eric, nampaknya remaja tanggung itu memang menjaga jarak darinya. Entah karena alasan apa.
Maka, ia memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan anak baik dan menyenangkan itu dalam rangka mengakrabkan diri. Hal ini harus dilakukan sesegera mungkin mengingat ia tak ingin Eric menyimpan seberkas rasa tak enak kala mereka benar-benar tinggal bersama nanti.
Eric yang hari ini memakai kaus oblong berwarna hitam terlihat sangat menikmati sesi bermainnya. Nampaknya meski Juyeon tak bisa menemaninya kali ini, ia tetap bersemangat dan mengembangkan senyum sepanjang sesi berlatihnya. Entahlah, sepertinya Eric hanya menyalurkan hobinya di sini. Taeyong senang melihat remaja tanggung itu melakukan apa yang ia sukai.
“Laper?”
Eric mengangguki pertanyaan Taeyong, menerima sebotol air karbonasi dingin yang sebenarnya dilarang oleh lelaki cantik itu untuk diminum setelah latihan. Lebih bagus air putih! katanya.
“Aku kayanya mau take away dulu, deh, uncle. Laper bangeeet,” ujar Eric sembari mendudukkan diri di sebelah Taeyong.
Pria yang kini membantu Eric membereskan barangnya itu mengerutkan alis pelan, kurang menyukai ide di mana pria kecil itu mengusulkan salah satu franchise fast food untuk dikunjungi. “Harus banget mekdi?”
“Please? Aku pengen banget makan apple pie. It's been a long time, uncle.“
Taeyong memutar bola matanya malas, baru dua hari yang lalu bocah-bocah cilik anakan Jaehyun itu pesta burger dan menu lain dari McDonald's di rumah. “That's exactly two days ago, Eric. You're exaggerating!“
Pada akhirnya keduanya tetap mengikuti keinginan Eric. Ingat, it's a day with Eric. Di tengah perjalanan keduanya berbincang hangat dan ringan, anak tengah dari kekasih Taeyong itu menceritakan hal-hal remeh tentang teman sekelasnya ataupun sebersit bagaimana ia dan Juyeon melalui hari-hari dengan saling menyayangi. Dibagi hal-hal yang sedikit privat seperti ini membuat hati Taeyong menghangat, ia masih tak menyangka hari-hari seperti ini akan tiba.
“You're so lucky, y'know, having Juyeon as your other half,“
Perkataan Taeyong meninggalkan jeda cukup panjang kala Eric menimpalinya, “you have to be grateful too, for having my dad as your lover.“
“Yeah, we're both so lucky,” kekeh Taeyong pelan. “You know what, Eric? Uncle selalu suka saat-saat kita hangout gini. Terakhir itu pas Asa kabur dari rumah, ya? I miss this moment, honestly. Glad that you let me spend my day with you,” kedua mata Taeyong yang bulat itu memantulkan sepercik euphoria kekanakan yang membuat Eric jadi gemas sendiri.
“Hmmm padahal biasa aja gaksih kalo jalan sama Eric nggak seru kaya jalan sama Asa hehehe,”
“Nooo, sayang. Uncle beneran happy banget kalo Eric mau curhat-curhat lagi kaya gini. Kalo uncle pernah bikin Eric kecewa, uncle minta maaf ya? I feel like we're as close as strangers now,“
Eric hanya memberikan respon kekehan pelan, terlalu bingung untuk menimpali pernyataan Taeyong. Ia sendiri masih tak mengerti mengapa ia lebih suka menjaga jarak akhir-akhir ini. Jujur, Eric sedikit merasa asing dan tidak familiar. Namun respon keluarganya yang tampak bahagia membuat Eric urung untuk mengutarakan perasaannya yang mengganjal belakangan.
“Eh, parkir di VIP aja uncle. Udah dibooking emang sama pacarku,”
Taeyong mendesah dalam hati, next time, there will always be next time for us.
Tim Juyeon berhasil membawa kemenangan telak, mengundang rasa bahagia yang terpancar dari Eric; bisa dilihat dari teriakan histeris yang terlontar, by the way. Juyeon yang kini menyambut Eric di pelukannya mengangguk hormat pada Taeyong, bermaksud memberi sapa pada calon mertuanya.
“You did really great today!!! Cool abis tadiiii pas pukulan kamu cetak home run!” Juyeon mengelus pipi Eric yang memerah karena panas dan ia yang terlalu excited, mengundang tatapan hangat dari Taeyong. “Juyeon bagus banget mainnya. It was a good game!,” ujar Taeyong menimpali pujian Eric.
“Makasih udah dateng, om. Maaf kalo Eric nyusahin,” NOOOOOO THEY'RE SO CUTE, jerit Taeyong dalam hati kala Juyeon mengelus rambut Eric sayang.
“Uncle yang seneng malah bisa refreshing begini. Makan malam bareng, yuk? Mau makan apa kalian?”
Dan siapa sangka momen itu bagaikan turning point dalam hubungan Taeyong dan Eric, bahkan pria kecil itu mengutarakan bahwa ia sangat bahagia karena Taeyong hadir di keluarga kecilnya. Hanya saja, selama ini ia merasa butuh penyesuaian, dan ia merasa ditinggalkan.
“I sometimes feel like I'm left out, but I think that's my fault, so I decided to not to talk about it,” Eric memecah keheningan di jalan pulang setelah makan malam bersama Juyeon.
“Eric, sayang, uncle di sini bukan cuma jadi pendamping papi. Uncle di sini juga ada untuk sayang sama Eric, untuk jadi temen Eric sampai nanti uncle udah nggak nafas lagi. Jangan ragu buat bagi gundahnya Eric ke uncle, ya? Uncle ngga akan pernah biarin Eric merasa asing. I would never.”
Keduanya sudah sampai di depan garasi rumah kala Eric melempar senyum tulus pada Taeyong, “makasih uncle. Eric tau kalo papi ketemu orang yang tepat. I love you, hehe.”
Taeyong refleks mendekapnya erat sembari membisikkan kata I love you too berulang kali. Jaehyun yang memerhatikan keduanya dari teras lantai satu turut senang, seperti sebuah bongkahan besar masalah di hidupnya sudah hilang. Ia memang harus memercayakan urusan seperti ini pada Taeyong, ahlinya.