Hampir dua minggu berlalu semenjak Taeyong dirawat di rumah sakit. Rutinitas Jaehyun sehari-hari belakangan adalah pergi bekerja dan langsung bergegas ke rumah sakit setelahnya. Sama halnya dengan anak-anak yang juga ngeyel ingin menemani Taeyong setiap hari, terutama Asa.

Duda tampan yang kali ini tampak sibuk membereskan mejanya itu mendengar pintu ruangannya diketuk beberapa kali, ah pasti Irene.

“Bos?” Irene, yang merupakan sekretarisnya itu menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

“Ya? Ada apa?”

“Pekerja yang teledor sudah dapat peringatan, bos.”

Jaehyun menghentikan gerak tangannya yang sedang meraih kunci di atas meja, “udah kapok?”

Irene membalas dengan senyum, “pasti, bos.”

“Hm, good job. Saya pulang dulu, ya.”

Sang bos besar berjalan melewati Irene begitu saja. Wanita cantik berambut panjang itu takjub dalam hati, bertanya sebesar apa Jaehyun mencintai pegawainya sendiri, Taeyong.


Pria cantik yang masih terbaring lemah lantaran tubuh bagian atasnya dibebat itu tampak tertawa riang. Kepalanya diusak pelan oleh pria-pria yang sudah ia anggap kakak kandungnya sendiri.

“Jangan aneh-aneh lagi, jantung gua hampir copot nih!” Itu suara Kai, ia masih saja mengomel lantaran adik kecilnya ini sulit sekali menghindari bahaya. Pasti ada-ada saja kesialan yang dialami.

“Udah, jangan dimarahin bayi gue,” Baekhyun memegangi jemari Taeyong, “lo udah gapapa?”

Taeyong yang tadinya masih terkikik hanya menatap keduanya aneh, “gapapa apanya sih? Patah tulang nih.”

“Bukan ituuuu cumiiii ya Allah emosi dah gua dengernyaaa,”

Taryong kembali tertawa akan respon yang diberikan oleh saudara sepupunya, Kai. Hingga tiba-tiba tawanya diinterupsi oleh pintu kamar yang terbuka, menampilkan sosok menawan yang sudah ia rindu padahal keduanya baru saja berpisah sekitar sepuluh jam yang lalu.

“Oh, hai?”

Jaehyun menyapa kikuk ketiga orang yang nampaknya sedang tak bisa diganggu. Matanya tak sengaja mengarah ke jemari Taeyong yang tertaut dengan jemari pria yang kini menatapnya menyelidik dari atas ke bawah.

“Hi! Ini temen-temen aku yang aku bilang mau mampir. Sini, aku kenalin,”

Duda tiga anak itu melangkah mendekat, “yang ini bang Jongin, sepupu aku. Ini kak Baekhyun,” lanjut Taeyong semangat.

“Eh, halo.. Saya Jaehyun.”

Baekhyun masih enggan mengulurkan jabat tangan, “siapa sih?”

“Pacar aku, hehe.”

Duh, bukan saat yang tepat bagi Jaehyun untuk bersikap malu-malu kucing karena yang ia dapat saat ini adalah tatapan nyalang Baekhyun dan genggaman pria itu yang mengerat di jemari Taeyong.

“Kalau begitu saya permisi sebentar,” ujar Jaehyun undur diri.

Taeyong yang mendengarnya mengerutkan alis bingung, “mau ke mana?”

“Ke toilet sebentar, yang.”

Tidak ada yang tahu kalau Jaehyun ingin pergi sebelum menonjok pria yang bernama Baekhyun itu tepat di wajah tengiknya.