⛅
Hari ini diawali Taeyong dengan drama yang berlangsung antara ia dan kekasihnya. Pria duda itu kekeh untuk membawanya ke rumah besar Jeong sementara ia tak ingin privasinya terganggu. Tak ada yang menjamin mereka akan rukun sebelum pernikahan berlangsung, dan membayangkan mereka bertengkar di satu rumah padahal masih hanya sebatas kekasih membuatnya muak.
“Lo kasih tau deh alasan jelasnya. Tu orang kayanya ga bakal berhenti sampe lo nyerah dan bilang iya,” Ten memberi saran sembari menguyah m&m's, kakinya dijulurkan di lengan sofa karena kuku cat di jemari kakinya belum mengering.
“Lagian itu duda ngebet banget mau nikah, kan gue masih belom siap.” Taeyong bersungut-sungut mengingat ia terpaksa bilang iya saat itu dikarenakan Jaehyun mengancamnya tidak akan menurunkan parasut sial itu kalau tak diterima saat itu juga.
“Ujungnya juga lo nikahin, kenapa nunda-nunda?” Ten beringsut berbaring menyamankan diri, “lagian wajar sih doi ngebet mau nikah, lo nya yang nggak kasian kalo tega nolak.”
Si cantik yang sedang sibuk membalas pesan dari anak-anak kekasihnya itu menghela nafas pelan, mau bagaimana lagi, ia jatuh pada pria duda kolot yang merangkap sebagai mantan bosnya. Jelas ia tahu bagaimana sifat diktator sudah ada pada diri Jaehyun sejak lama, dan ia jelas mengerti sifatnya sendiri yang enggan untuk diatur-atur.
“Cocok banget, sih, kalian berdua. Tunduknya cuma satu sama lain,” Ten terbahak, “kagak kaya laki gua bakal-bakal bulolnya udah keliatan.”
“Ya kan Jaehyun mantan bos gueee. Kek kadang gimanapun juga gue auto nurut gitu, apa dipelet ya gue?”
Ten menepuk ujung rambut Taeyong pelan, “itu yang namanya jodoh. Sekarang cepet buka pintu lo kayanya ada yang dateng.”