Liburan kali ini mendatangkan berbagai kesan bagi Taeyong. Namun agaknya, puncak dari berbagai kegelisahan yang belakangan ia rasakan adalah pagi ini. Ia bahkan tak bisa tenang meski memilih berendam sejenak dengan air hangat dan bath bomb beraroma menenangkan sebelum memutuskan untuk menemui Jaehyun di halaman depan. Pikirannya masih melanglang buana pada kemungkinan kalau-kalau ia benar-benar akan diputuskan sehabis ini. Bukannya ia mengharap yang bagaimana, sih, hanya saja akan sangat aneh kalau bosnya adalah mantan kekasihnya.

Ponsel Taeyong sudah beberapa kali menjerit lantaran Jaehyun mengirim banyak sekali pesan yang intinya dia bukan orang yang sabar dan saat ini ia sudah menghabiskan waktu lima belas menit untuk menunggu Taeyong. Kalau Taeyong ingat Jaehyun bukan bosnya, maka sudah diblock kontak terkutuk itu sejak lama.

“Lhoo uncle mau ke manaaa?”

Itu Asa, dengan rambut khas bangun tidur yang mengundang jemari Taeyong untuk menyisirnya lembut.

“Mau keluar sama papi kamu bentar, gapapa ya?”

Asa mengangguk dengan mata yang masih setengah tertutup, separuh mengantuk dan separuh keenakan dielus oleh jemari Taeyong. Maka pria cantik itu bergegas untuk menemui bosnya yang sudah hampir mengeluarkan asap dari kepala lantaran harus menunggu hampir dua puluh menit. Oh, seperti Taeyong tak pernah menunggunya berjam-jam saja.

“Lama banget, sih, yang? Kamu udah cakep gausah dandan,”

Nah, kan, mulai. Taeyong baru saja mendudukkan pantatnya di salah satu mobil fancy sewaan Jaehyun, namun sudah mendapat omelan menyebalkan meski sedikit membuatnya tersipu.

“Mau marah-marah apa berangkat nih, bos?”

Jaehyun berdecak kesal mendapat respon yang tidak diharapkan dari kekasihnya, padahal ia ingin melihat bibir sewarna cherry itu mengerucut sebal.

“Panggil mas dulu,”

“Yaudah turun aja deh aku,”

Belum sempat Taeyong melepas sabuk pengaman yang telanjur melilit tubuh rampingnya, Jaehyun sudah menarik dagunya dan meraup labia merekah miliknya dalam ciuman dalam nan panjang. Bak keduanya tak bertemu seabad, Jaehyun bahkan enggan melepas meski si cantik kehabisan nafas.

“MAS!”

“Hehehehe, gitu dong.”

Hadeeeh harus sabar kayanya jalan sama ni orang berdua doang, batin Taeyong kesal.


Keduanya sampai di tempat paralayang dan Taeyong sesungguhnya sangat bingung, kenapa sih ni orang ngajakin gue main paralayang siang terik begini? Cowok kgk jls.

“Jadi, Taeyong, saya mau ajakin kamu ketemu client sebentar.”

Duda tiga anak itu memulai percakapan yang membuat Taeyong melongo terheran-heran, pasalnya mereka sedang liburan saat ini, dan ia masih diharuskan untuk bekerja? Hashtag sad life.

And actually, saya mau bilang kalau ini hari terakhir kamu kerja,” Jaehyun menatap Taeyong tepat di mata, mencari respon yang ia dapat. Man, Jaehyun merasa menjadi orang paling jahat di muka bumi saat ini. Namun mata bulat bak kelereng itu hanya melemparkan sorot terkejut, “terakhir, bos? Saya dipecat?”

Bukan diputusin tapi ternyata dipecat anjir, Taeyong membatin dalam hati.

“Hmm, not that kerjaan kamu jelek, Taeyong. Tapi saya khawatir ke depannya kerjaan ini bakal bawa hal buruk ke kamu. I swear that time will be the last,” tersirat sesal dan frustasi dari sorot mata Jaehyun, membuat Taeyong jadi ikut merasa bersalah. Kalau-kalau ia tak ceroboh kala itu, mungkin ia tidak akan menempatkan Jaehyun dalam posisi sulit, pun ia tak akan membuat dirinya kehilangan pekerjaan.

Hari itu dilalui Taeyong dengan suasana hati yang sedikit mendung. Setelah mengirim pesan pada Ten untuk memberinya informasi mengenai pekerjaan baru apabila sahabatnya itu menemukan satu di antaranya, ia memutuskan untuk menunggu matahari terbenam di cafe tempat Jaehyun bertemu dengan clientnya. Sebenarnya masih belum terlalu sore, sih. Hanya saja ia sangat ingin bergegas pulang dan menangis di bantal resort yang empuk itu.

“Hey,”

Taeyong merasakan lengan berurat memeluk pinggangnya dari belakang. Pria dengan senyum berlesung di pipi itu mengendusi rambutnya, seakan hal itu adalah kebiasaannya. “Ikut aku, yuk?”

Oh, mereka bukan bos dan karyawan sekarang.

“Hmmm kemana?”

Taeyong mendongakkan kepalanya dan sumpah demi Tuha, Jaehyun terlihat sangat tampan kala rupanya terkena bias mentari saat ini. Jaehyun yang gemas dengan tingkah kekasihnya lantas mengecupi wajah cantik itu dengan serampangan, tak peduli bahwa mereka ada di balkon dan dapat dengan mudah diawasi orang.

“Ish! Jangan cium-cium!”

“Duh, galak banget kamu yang.”

Setelah berdebat hal-hal tak penting dan Jaehyun langsung paham kalau kekasihnya sedang kesal, ditariknya pergelangan tangan lelaki cantik itu lembut. “Ayo ikut aku, please?”

Setelah keduanya melewati jalan yang sedikit terjal di atas perbukitan, baru Taeyong paham kalau ia diajak bermain paralayang.

“Ih, aku gamau. Kamu aja ah,” saat Taeyong melontarkan penolakan, justru Jaehyun memberikan respon menyebalkan dengan menggodanya habis-habisan.

“Takut ya yang? Asik nih kalo Asa tau bisa dibahas setahun kamunya,” ingatkan Taeyong untuk menggeplak kepala Jaehyun nanti.

“Gapapa naiknya sama aku, okay? We're gonna be okay, sayang. We are,” lanjut Jaehyun menenangkan.