long way home
Suasana mendadak awkward pasca Jayven meluk Tylan, telling him that everything will be okay. Keduanya mendadak terdiam, hanya terdengar alunan pelan musik milik warrenisyellow bertajuk ‘do you miss me?’ dari radio mobil milik Jayven. Agaknya lagu ini menggambarkan perasaan kedua anak adam yang sedang berusaha mengalihkan perhatian dari satu sama lain tersebut.
Tylan bahkan tidak begitu memikirkan kemana Jayven membawanya, ia masih terlampau malu untuk membuka suara.
“Jadi—
“—Jayven,”
Keduanya terdiam canggung kembali. Kenapa harus barengan sih, ngomongnya??? Aduh bundaaa Tylan malu.
“Lo duluan aja, Jay,” Tylan menimpali sembari melihat ke arah jalanan. Nampaknya dandanan ganteng Jayven ga mempan biar Tylan liat ke arah dia.
“Jadi, gimana kabar lo belakangan?”
Wow. Topik yang cukup berat ya pemirsa. Tylan tidak mengerti harus menjawab jujur atau menjawab jaim.
“Uhm, yaaa gitu. Sibuk jadi suruhan atasan, hehe. Lo pasti sibuk proyek ya?” si cantik akhirnya mengalihkan pandangan kepada Jayven, menimbulkan rona merah di telinga si empu.
Jayven berdehem, “emangnya keliatan dekilnya ya? Abis ngikut proyek jalan tol loh, gue,” sahutnya pelan. Entah mengapa, bersama Tylan selalu menjadi waktu yang menyenangkan. Padahal kalau membahas masalah permagangan bersama teman satu gengnya malah berujung mereka semua stress dan bertengkar satu sama lain.
Tylan masih memerhatikan pria yang sibuk mengecek spion kala mobil mereka mengarah ke jalanan asing yang belum pernah dilalui bersama. “Gue pikir kita bakal ke mekdi?” Tylan membeo bingung, pasalnya sedari tadi Jayven tidak memberi petunjuk apapun mengenai ke-mana-mereka-akan-pergi dan apakah-mereka-akan-membahas-hal-hal-krusial-atau-sekadar-mengucap-selamat-tinggal.
“Gue mau ngeliat bintang bareng lo, is it okay?” Gelenyar menyenangkan menjalar melalui tulang belakang Tylan kala matanya menangkap secercah rindu di manik Jayven.
Tulang pipinya terangkat bahagia, “it's okay, as long as I'm safe and sound,” netra keduanya bertemu, “as long as I'm with you.”
“As long as you are with me,” yang berlesung pipi mengulang gamang.
Jayven tak lagi ingat kasur empuk dan kamarnya yang hangat. Menghabiskan waktu bersama Tylan adalah favoritnya. Tiap-tiap detik bersama Tylan seperti membawanya pada nostalgia tentang rumah dan kehangatan.
Entah bagaimana malam ini akan berakhir, entah apa yang akan terjadi setelah mereka bicara empat mata, Jayven berharap ia dan Tylan bisa berlari bersama dengan embel-embel bahagia.