naked

[chapter ini berisi flash back mengenai apa-apa yang terjadi saat Taeyong setengah mabuk]

Sesampainya di apartemen Taeyong, tanpa membuang waktu, Jaehyun lantas menindih tubuh ringkih yang ia papah itu di atas kasur. Ia memastikan bahwa seluruh bagian tubuhnya menyentuh Taeyong, tanpa melepas tautan bibir mereka. Taeyong mendesah, merasa terlalu panas oleh rangsangan Jaehyun di tubuhnya.

Dapat dipahami bahwa Jaehyun sudah menahannya terlalu lama. Satu mobil dengan Taeyong yang mabuk dan menggoda memang bukan pilihan terbaik. Seluruh cara ia lakukan agar lelaki mungil itu tetap terjaga, Jaehyun ingin Taeyong tahu seberapa besar ia memujanya.

“Dilepas, ya?” Jaehyun memecah buncah gairah dengan geraman rendah, sembari tangannya menyahut kaus Taeyong yang sudah lecek di sana-sini. Taeyong yang memang setengah mabuk justru mempersulit kegiatan Jaehyun. Kaus malang tersebut menyangkut di kepala bersurai terang milik Taeyong, membuat Jaehyun menggeram tak sabaran, lantas ia robek begitu saja helai penutup berwarna putih itu.

Taeyong terengah akan betapa kuat dan berkuasanya Jaehyun, membuatnya seakan bersimpuh meminta didominasi; ingin digagahi.

Jaehyun yang sudah rampung menurunkan celana Taeyong lantas menindihnya kembali, dalam keadaan yang sama telanjangnya dengan Taeyong, penisnya yang besar dan panas menekan perut lelaki cantik itu keras. Taeyong merengek, secara otomatis membuka selangkangannya lebar dan memberi Jaehyun ruang di antaranya.

Taeyong membuka mulutnya, membiarkan Jaehyun menyentuhnya di mana saja. Jaehyun benar-benar ada di mana-mana, sentuhannya membekas di tiap-tiap inchi kulit Taeyong. Ia merasa hanyut di dalam pusaran nikmat yang dibuat Jaehyun, dengan sukarela, mengerang basah, kepalanya penuh akan kabut gairah. Tiap-tiap sentuhan jemari Jaehyun meninggalkan bekas menggigil di tulang belakangnya, membuat penisnya berkedut nikmat, mengkilat berteriak ingin dibuai.

“Bos,” Taeyong terengah kala Jaehyun melepas hisapan di bibir bagian bawahnya, “fuck me. Please.

“Hmm, sabar, sayang,” Jaehyun mendesah, semua ini terasa sangat berlebihan. Membuatnya ingin meledak karena hasrat yang mengendap di ubun-ubun. Keringat menetes membasahi ujung rambutnya.

Jaehyun mempersiapkan lubang lelaki di bawah kungkungannya, melumuri jemarinya dengan ludah; lantaran tak ada persiapan mendasar sebelumnya. Diciumnya lutut bagian dalam milik lelaki cantik itu, sebelum jemarinya mengelus rektum Taeyong dengan khidmat.

Nafas lelaki cantik itu tercekat, menikmati bagaimana jemari Jaehyun menembus bagian terdalam miliknya, mencoba akrab dengan sensasi aneh yang baru ia rasakan.

“Rileks, Taeyong,” geraman Jaehyun terdengar rendah, menambahkan satu jari lagi lantas ia dorong keluar masuk agar lubang itu sedikit lebih longgar. “Ayo buat semuanya mudah, untuk kita.”

Ugh, Bos? Jangan kasar, please?” Taeyong tercekat kala Jaehyun menemukan prostatnya, kedua tangannya menggenggam sprei yang sudah berantakan. Jaehyun melanjutkan kegiatannya menggosok lembut prostat Taeyong, membuat pria kecil itu merasakan lebih banyak kupu-kupu menghinggapi tulang belakangnya. Matanya berkaca-kaca, wujud lahir dari nikmat yang begitu nyata ia rasa. Sebagai responnya, penis kecil dengan kepala pink memerah itu menyemburkan precum yang tumpah di atas perut rampingnya.

Taeyong yang terbuka lebar di hadapannya dan siap digagahi adalah pengalaman yang akan ia bawa sampai mati, desah Jaehyun dalam hati.

Oh, Jesus,” Jaehyun menekan prostat Taeyong, mengundang tangis dari mata segelap malam itu. Tubuh Taeyong membusung, kedua kakinya dirapatkan, seakan takut kalau-kalau Jaehyun berhenti mengobrak-abrik sisi terdalam miliknya. “J-Jangan nyebut, Bos,” rengeknya.

Jaehyun tertawa, “kamu tuh, aduh... apa ya? Ngga bisa diungkapin pake kata-kata.” Ia menunduk untuk menyematkan ciuman lembut di labia merekah milik Taeyong, mengatur penisnya agar sejalur dengan lubang senggama Taeyong. Taeyong merasa adrenalinnya terpacu.

“Taeyong?”

“Hm-m, yeah?”

Look at me in the eyes, I hope you'll never forget this moment,” bisa Jaehyun lihat bagaimana pendaran mata bening itu memanjanya, “atau setidaknya, saya yang akan pastikan kamu ngga pernah bisa lupa tentang malam ini.”

Jaehyun menegakkan tubuhnya, melempar senyum paling tampan pada Taeyong, dan menempelkan kepala penisnya di hadapan lubang senggama Taeyong. Ia mendorong masuk dan mengeluarkannya dalam satu hentakan lembut. Membuat yang lebih kecil terguncang karenanya, tersedak akan rasa penuh yang terlalu intens. Penis Jaehyun terasa panas dan nikmat, dan kini benda itu ada di dalamnya, mengisi lubangnya yang berkedut lapar.

Sebelum Taeyong mampu mengakrabkan diri dengan benda yang menjarah bagian terdalamnya lebih lanjut, Jaehyun lantas melanjutkan kegiatan penetrasinya, mengeluar-masukkan milihnya konstan. Buah zakarnya menampar pipi pantat Taeyong pada setiap dorongan, penisnya menusuk pria cantik itu tanpa ampun. Ia dapat merasakan lubang pantatnya meregang kala Jaehyun menarik miliknya keluar, lantas kembali menghantamnya ke dalam dan menumpahkan maninya tanpa tedeng aling-aling.

Fuck.” Jaehyun mengerang, pinggulnya masih menghentak perlahan kala ia mengeluarkan spermanya di dalam Taeyong.

Taeyong mendesah kencang, punggungnya melengkung dengan rasa nikmat yang tajam kala sperma Jaehyun mengalir di dalamnya, hangat, mengisinya penuh hingga tumpah. It feels really good.Angh,

Penis Taeyong memerah ketat, seakan ingin menumpahkan isinya saat ini juga.

“J-Jaehyun, eungh, Bos...” Taeyong terisak. “Jaehyun, please,”

“Kamu mau keluar?” Jaehyun menunduk, meraup bibir Taeyong untuk dicium. Tangannya yang lain menggenggam penis Taeyong.

Taeyong mengangguk putus asa, lengannya melingkar di leher Jaehyun. Pria Februari itu menyentuh celah di penis Taeong, menyebarkan cairan precum-nya, dan menekan bagian bawah kepalanya, menyebarkan kenikmatan ke sekujur tubuh Taeyong. Disusul dengan zakarnya yang kembang-kempis, Taeyong mencapai puncaknya. Ejakulasi yang nikmat dalam pelukan Jaehyun, disertai cairannya yang mengucur mengotori tubuh bosnya.

Taeyong merasa ia akan tumbang kala bibir tebal seempuk marshmallow itu membisikkan “I love you, Taeyong.”