☁
Sehabis les matematika yang memang dijalani secara rutin tiga kali seminggu, Jeno mutusin buat ngajak pacarnya jalan. Pria cantik yang bernama Jaemin itu sudah rewel sejak beberapa hari yang lalu, pengen beli hoodie baru, katanya.
Keduanya asik ngobrol sambil bercanda nungguin Thai Tea yang antriannya masih panjang banget kala netra Jeno menangkap sosok yang rasa-rasanya akrab ia lihat belakangan ini.
“Eh, Na. Itu PA papi aku bukan, sih?” ujar Jeno yang membuat Jaemin mengalihkan perhatian dari gadget di tangannya.
“Hmmm yang namanya Uncle Yong itu? Cantik yah,” Jeno memutar bola matanya malas. Jaemin ini malah salah fokus, deh.
“Kamu kok malah fokus ke orangnya, sih. Liat deh, itu cowoknya ya?”
Jaemin yang kesal menjitak kepala berambut hitam milik kekasihnya, “ngga sopan banget, ih, kamu. Biarin aja, emang kalo pacarnya kenapa?”
Bukannya menjawab, Jeno malah asyik mengamati Taeyong yang meringis kegirangan kala puncak kepalanya diusak gemas oleh pria dengan bucket hat warna hitam itu.
“Yaa ngga papa sih. Berarti emang Uncle Yong tuh baiknya murni, bukan gegara caper ke papi, gitu.”
Bersamaan dengan Jeno yang kembali megalihkan pandangan ke arah Jaemin, Taeyong melihat sekelibat sosok anak dari bosnya itu. Namun ia ragu, apakah ia harus menyapa dan berbasa-basi, atau pura-pura tidak melihatnya saja?
“Yong? Sini, kamu jadi mau yang warna apa?” lontaran pertanyaan dari Baekhyun memecah lamunannya, membuat Taeyong jadi memutuskan untuk pura-pura tidak mengetahui keberadaan anak bosnya itu. Lagian ngapain harus basa-basi? Pun kalo dia salah faham juga ngga papa, pikirnya dalam hati.