sendu melagu
Minggu berlalu dengan cepat setelah Tylan merasakan patah hati pertama kali semenjak menginjak usia dua puluhan. Ada bagian rumpang yang akan selalu menyediakan ruang untuk kekasih gelapnya pulang. Yaa bagaimanapun juga Tylan masih tidak bisa mencoba berhenti mencintai, dia hanya berhenti mengutarakan. Lagipula, dia sudah lelah berperang melawan batin melupakan Jayven. Nyatanya tiap malam mimpinya masih berhiaskan senyuman dengan lesung pipit yang dalam.
Beberapa minggu belakangan dia disibukkan dengan kegiatan magang yang berbasis project, setidaknya hal itu membuatnya sedikit lupa akan eksistensi Jayven. Meskipun kala ia pulang ke apartemen, ia akan tetap kembali mengingat kenangan mereka, tapi ia sudah merasa jauh lebih baik. Tylan lebih dari ikhlas untuk merelakan mereka yang dulu.
“Kak, gue ntar pulang ya. Maksudnya gabisa nginep lagi gitu,” itu suara Mark yang menggaung dari ruang tengah apartemennya.
“Lo pulang apa ke rumah cowo lo?” Tylan memicingkan alis matanya curiga, Mark ini suka sekali membodohi Tylan. Ia pikir Tylan akan membiarkannya lolos kali ini?
“Hehehehe,” alis camarnya bergerak lucu kala ia tertawa, “kangen kak, gue kan udah lo monopoli berhari-hari.”
“Ya yaudaaah ke Lucas tapi bilang bunda dulu. Ogah gue disuruh boong mulu jadi ga berkah hidup gue,” jawabnya sambil membuang tumpukan kulit kuaci ke tempat sampah di dekat kabinet.
“Jadi keluar lo?”
“Gue?” Tylan mencebikkan bibir dengan gaya seakan-akan sedang berpikir, “oooh iyaaa jadi ding ntar malem, hehe.”
“Sama siapa?” Kali ini Mark yang merasa curiga. Gimana engga, kakaknya sudah mengurung diri selama berminggu-minggu pasca hubungan anehnya dengan Jayven kandas. Kasihan.
“Ummm...sama Jayven,” suara Tylan mencicit kecil sambil si empunya gigitin ujung jari. Alamak, Mark mana tega mau ngomel.
Mark sibuk ngaca buat mastiin dia keliatan cakep di depan Lucas, “yaudah, kelarin dulu sampe clear. Gue sih berdoa lo berdua bakal ketemu sama bahagia. Menurut yang gue denger emang hubungan bang Jayven sama cewenya aneh sih. Kalo lo berdua bisa bahagia bareng, ya, kenapa engga.”
Wow. Itu kalimat terpanjang yang Mark ucapkan sejak Tylan kerjanya nangis berminggu-minggu.
“Okie adik kecil. Sekarang pergi sana! Cowo lo udah mencetin bel apartemen gue daritadi,” Tylan kesal karena cowo raksasa kekasih adiknya itu tipe-tipe yang tidak sabaran! Bisa saja bel apartemennya rusak kalau Lucas setiap hari bertamu ke rumahnya.
Tylan ngedorong punggung adiknya sambil buru-buru buka kunci pintu, “tiati ya Kak. Kalo Bang Jayven macem-macem tendang aja bijinya!” Mark masih sempet nasihatin kakaknya padahal udah ditarik sama kekasih bongsornya. Tylan terkikik pelan sambil membatin, “ mana bisa gue nendang biji Jayven “.