Untuk sekarang dan selamanya, Jeong Jaehyun
Aku ingin membuat dunia yang berisi hal-hal indah, dengan kamu sebagai pusatnya.
Ada satu malam di mana kau memelukku erat, detak jantungmu berdegup seirama dengan milikku; berpacu bersama aliran darah yang mendidih penuh gairah meletup. Oh, sayang, mungkin Tuhan mengirimmu sebagai salah satu dari sekian alasan kematianku.
Kopiku masih mengepul panas di atas pantry, kutangkap dalam bingkai yang sama di mana wajah ayumu nampak kuyu. Sisa air mata menjejak di rona pipimu yang memerah.
Taeyong, kuucap selamat pagi bagimu.
Lalu aku dan perasaan tak tau maluku menyentakmu ke dalam pelukan, menghirup wangi lilac yang menjadi canduku sejak bertahun kau berpetualang. Memoar perihal kau dengan yang dulu menyusup mengganggu, kau pernah mencintai mereka, katanya.
Cintaku padamu berbeda, Jung.
Aku akan tetap menjadi si tolol yang mencintaimu tak kenal waktu, ku harap kau tak pernah meragu akan hal itu.
Dulu, sajakku dan bait lirikmu terdengar tak sejalan berlawanan arah, pun tak satupun dari kita mempermasalahkannya. Sebab kemanapun kau melangkah, kau akan pulang mengingat rumah.
Aku tetap menyambutmu meski kau caci. Taeyong, luka ini pernah menganga perih, tetapi terima kasih karena rasaku tak pernah letih.
Bersamamu selalu membuatku merasa seperti sedang menari di negeri impian, di bawah awan biru, bersama dengan kupu-kupu yang beterbangan acak. Segalanya tampak begitu kabur dan yang terlihat di mataku hanyalah kau, menggoyangkan pinggul, mengetuk-ngetuk ujung kakimu di pertunjukan Stevie Wonder sembari mendengarkan serenata; smile is out of this galaxy!
Kadang otakku berkelana perihal dari belahan planet mana kau berasasl? Dari rasi bintang apa kau dibuat? Nyatanya mengagumimu selama ini tak cukup memenuhi rasa penasaran dan keingin tahuanku.
Kau begitu tak manusiawi untuk kuteguk dan kunikmati sendiri.
Aku terlampau suka mengukirmu dalam bentuk barisan sajak yang kusimpan di laci paling atas. Masih kutulis hingga saat ini dan nanti; kau itu adalah yang kucinta dan kugilai, tak mampu kujabarkan dengan frasa pendek tak berarti.
Kularikan pandanganku pada sosokmu yang sibuk mengeringkan mahkota di kepala. Kamu cantik, kataku.
Handuk basah kental dengan aromaku mendarat apik dari ujung jemarimu, dan aku milikmu, tolol.